Penting! Kenali Inner Child Pasangan Sebelum Menikahinya
Beneran yakin nih kalau si dia yang terbaik untuk masa depanmu? Baca dulu yuk info ini!
"Sometimes the smallest things take up the most room in your heart."
Ungkapan tersebut tentu benar adanya ya, ladies. Sesuatu yang tampak sepele tidak jarang membekas di hati bahkan terkenang hingga seumur hidup. Misalnya saja kejadian yang kamu alami semasa kecil. Walaupun tampak sepele, mungkin saja kejadian tersebut mempengaruhi perilaku dan pola pikirmu hingga dewasa seperti saat ini.
Apakah kamu memiliki resolusi untuk menikah di tahun 2016 ini? Setelah yakin bahwa ia adalah yang tepat untukmu dan mempelajari berbagai hal sebelum menikah, ada baiknya juga kamu mengenali inner child pasanganmu.
Apa Itu Inner Child?
Kepribadian seseorang ditentukan oleh 80% pengaruh lingkungan serta 20% sifat-sifat yang diturunkan secara genetis. Inner child merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang dipengaruhi oleh masa kecilnya. Setiap kejadian atau pola asuh yang digunakan untuk membimbing anak-anak akan mempengaruhi pembentukan kepribadiannya.
Bisa saja orang-orang yang masa kecilnya penuh trauma dan kejadian mengenaskan menyembunyikan inner child-nya ketika dewasa. Orang-orang seperti ini bisa berperangai ceria dan menyenangkan di depan banyak orang. Tetapi bukan berarti inner child bisa lenyap seutuhnya. Ada saat di mana orang-orang dengan trauma masa kecil akan merasa tertekan atau tampak murung.
Hal ini biasanya hanya dipahami oleh orang-orang sekitarnya yang memiliki hubungan sangat dekat secara batin. Hubungan dekat bukan berarti orangtua atau saudara kandung. Bisa saja justru para sahabat yang memahami inner child-nya. Bahkan tidak menutup kemungkinan kalau sang pacar pun tidak tahu tentang inner child pasangannya. Semakin sering bersama maka semakin jelaslah kepribadian masa kecil yang mempengaruhi watak seseorang di masa kini.
Pentingnya Memahami Inner Child Pasanganmu
Banyak kasus inner child yang membuat hubungan antara suami istri menjadi terganggu. Misalnya saja seorang wanita yang sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ayahnya. Ketika dewasa dan menikah, rasa benci pada suami bisa timbul karena bayang-bayang sosok ayah yang tidak menyenangkan. Begitu pula dengan pria yang masa kecilnya dipenuhi dengan tuntutan serba sempurna dari orangtua. Ketika dewasa, si pria bisa menjelma menjadi pria perfeksionis dengan standar hidup serba tinggi.
Tidak selamanya inner child menjadi sesuatu yang buruk. Pola asuh dan pengalaman hidup yang menyenangkan semasa kecil akan menjadi inner child yang baik. Misalnya saja seorang anak yang terbiasa diajak bermusyawarah oleh kedua orangtuanya untuk menentukan sesuatu. Di kala besar, anak ini akan memahami pentingnya arti bermusyawarah sebagai jalan terbaik untuk menentukan pilihan. Kesimpulannya, kamu harus mengenal pasanganmu dan keluarganya dengan baik sebelum memutuskan untuk menikah.
Jika kamu mengenal orangtua pacarmu serta keluarganya dengan baik, sedikit demi sedikit kamu bisa menyimpulkan pola asuh dan masa kecil yang sudah dilalui oleh pasanganmu. Kendati masa kecil hanyalah bagian dari masa lalu, peran masa kecil terhadap kepribadian seseorang sangatlah besar.
Jangan takut untuk menjalin hubungan serius dengan pacarmu ya, ladies. Masa pacaran adalah masa untuk saling mengenal lebih dekat. Jadi, manfaatkan saja momen-momen kebersamaan itu sembari menyelami kepribadian pasanganmu.