Ketahui 5 Sikap Kartini yang Bisa Kamu Teladani
Selamat hari Kartini, ladies! Berikut adalah kepribadian Kartini yang bisa kamu teladani.
Raden Ajeng Kartini, itulah namanya. Beliau dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita di Indonesia. Tanpanya, mungkin wanita-wanita Indonesia masih terjebak dalam gaya hidup tradisional yang tidak memperbolehkan wanita untuk belajar apalagi bekerja. Lihatlah saat ini di Indonesia, wanita Indonesia sudah mandiri untuk menempuh pendidikan setinggi-tinginya di dalam maupun di luar negeri dan berkarir di bidang yang ia minati.
Di era modern ini, sudah bukan saatnya lagi wanita untuk takut bersaing dengan pria. Kesetaraan gender sudah banyak disuarakan oleh banyak wanita. Nah, dalam rangka memperingati hari Kartini, kamu perlu mengetahui sikap-sikapnya yang bisa kamu teladani untuk menjadi perempuan yang mandiri dan cerdas.
5 Sikap Kartini yang Bisa Kamu Teladani
Di zaman sekarang, sudah bukan saatnya lagi kamu menjadi wanita yang mudah terintimidasi, ladies!
1. Berani Mengungkapkan Jika Ada Ketidakadilan
Meskipun tidak benar-benar menyuarakan mengenai ketidakadilan yang terjadi pada masa itu, Kartini menuliskannya pada tulisan-tulisannya yang kemudian dimuat di buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Pada masa itu, wanita diperlakukan tidak adil dibandingkan laki-laki. Wanita hanya boleh belajar hingga umur 12 tahun, kemudian dipingit untuk dinikahkan. Pada masa itu, Kartini tidak hanya mengungkapkan ketidakadilan kepada wanita saja, melainkan tentang kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum. Di zaman sekarang, jika kamu ingin mengungkapkan ketidakadilan, kamu bisa menulis ke beberapa kolom opini pada surat kabar atau menghubungi dinas terkait.
2. Memperluas Networking
Selama dipingit oleh orangtuanya, Kartini tidak berdiam diri begitu saja. Dia banyak mengirim surat dengan teman-teman korespondensinya di Belanda dan bertukar pikiran tentang pola pikir dan kebudayaan. Dari networking dengan orang yang memiliki latar belakang jauh berbeda dengannya ini, ia berani untuk berpikir bebas dan memperluas pola pikirnya dengan membandingkan apa yang terjadi di negaranya dan di Belanda saat itu.
3. Menghormati Orangtua
Siapa bilang untuk menjadi mandiri kita tidak perlu mengindahkan nasihat orangtua? Menghormati orang tua tetap penting lho. Sikap ini yang dimiliki oleh Kartini pada masa itu. Dikala ia harus berhenti bersekolah di umur 12 tahun untuk dipingit, ia tetap mengikuti dan menghormati keinginan orangtuanya. Padahal saat itu keinginannya untuk belajar masih tinggi, bahkan ia menginginkan untuk melanjutkan studinya di Belanda. Namun, ia tetap menghormati keputusan orangtuanya untuk dinikahkan dengan bupati Rembang yang telah memiliki tiga istri.
4. Menjadi Seorang Feminist
Dikala itu, wanita tidak diperlakukan sama dengan wanita. Mereka tidak boleh mengenyam pendidikan tinggi dan tidak boleh bekerja. Namun, Kartini sudah memiliki pemikiran bahwa sebagai wanita sangat penting untuk bisa memiliki hak yang sama dengan pria, untuk belajar setinggi-tingginya dan bekerja. Pemikiran feminist, bukan berarti membenci pria. Melainkan untuk memiliki hak yang setara dengan pria.
BACA JUGA: Apa Itu Wanita Feminist? Apa Ada yang Salah?
5. Tidak Berhenti untuk Belajar
Selama dipingit, niat untuk belajar baginya tidak berhenti begitu saja. Beliau banyak membaca buku-buku, salah satunya adalah Max Havelaar karya Multatuli. Menurutnya badan boleh terkurung namun pikiran tidak boleh terkurung, sehingga menjadikannya sebagai tokoh emansipasi wanita. Sikap ini bisa menjadi teladan bagimu karena Kartini saja yang dipingit oleh orangtuanya masih terus belajar, apalagi kamu yang tinggal di zaman modern saat ini dan bebas menempuh studi yang kamu inginkan dimanapun.
Bagaimana, ladies? Yuk, menjadi wanita yang bisa menginspirasi!