Benarkah Semakin Banyak Seks Bisa Membuat Seseorang Semakin Bahagia?
Semakin sering bercinta semakin bahagia, benarkah demikian? Atau justru sebaliknya? Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek dari seks terhadap kebahagiaan seseorang seperti yang berikut ini.
Banyak faktor yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang. Salah satu hal yang sangat berpengaruh adalah faktor hubungan. Saat ini mungkin kamu sering mendengar bahwa frekuensi berhubungan seksual berbanding lurus dengan kebahagiaan seseorang. Artinya jika seseorang memiliki tingkat frekuensi berhubungan seksual yang tinggi, maka sudah pasti dia lebih bahagia. Untuk membuktikan apakah teori tersebut benar atau tidak, yuk simak hasil penelitian di bawah ini.
Meski Berhubungan, Bukan Berarti Menambah Seks Dapat Menambah Kebahagiaan
Beberapa studi yang meneliti mengenai hubungan antara frekuensi seks dengan tingkat kebahagiaan, seperti studi Blanchflower & Oswald di tahun 2004, dilakukan berdasarkan data korelasional. Artinya, masih ada hubungan antara frekuensi seks dengan kebahagiaan. Mereka yang melakukan lebih banyak hubungan seksual cenderung lebih merasa bahagia. Sebaliknya, mereka yang melakukan lebih sedikit aktifitas seksual, cenderung merasa kurang bahagia.
Hasil studi ini terdengar sangat menarik bukan? Kebanyakan orang akan bereaksi dengan berpikir bahwa seks akan menaikkan tingkat kebahagiaan seseorang. Namun sebenarnya itu bukanlah pemikiran tepat yang dapat disimpulkan dari data studi tersebut. Hubungan antara seks dengan kebahagiaan bukan berarti faktor yang pertama adalah sebab dari faktor yang kedua.
Seks mungkin memang membuat seseorang bahagia. Namun, kebahagiaan tersebut jugalah yang kemungkinan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan seks lagi. Sehingga, meningkatlah frekuensi seks. Atau, mungkin juga ada faktor ketiga, seperti stres. Stres sama-sama mempengaruhi seks dan kebahagiaan. Tingkat stres yang rendah dapat meningkatkan frekuensi seks dan meningkatkan kebahagiaan.
Jadi, apakah seks benar-benar membuat seseorang lebih bahagia? Atau adakah teori lain yang bisa menjelaskan hal ini? Satu-satunya cara untuk mengetahuiya adalah dengan melakukan eksperimen, seperti halnya yang dilakukan pada eksperimen Lowenstein, Krishnamurti, Kospic, & McDonald pada tahun 2015.
Alasan Di Balik Seks Ternyata Jauh Lebih Penting
Dalam eksperimen tersebut, sebanyak 128 pasangan berusia antara 35 sampai 65 tahun berpartisipasi. Semua wanita mengaku berhubungn seksual paling tidak sebanyak 1 kali dalam sebulan, namun tidak sampai sebanyak 3 kali dalam seminggu. Kemudian pasangan-pasangan tersebut secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok menjalani kehidupan seksual mereka seperti biasanya, dan kelompok satunya lagi menjalani eksperimen dengan menambah frekuensi seks mereka menjadi 2 kali lipat. Kemudian tingkat kebahagiaan mereka diukur melalui survei online selama 3 bulan.
Jadi, apakah kebahagiaan kelompok yang kedua meningkat? Cukup mengejutkan bahwa ternyata hasilnya tidak. Faktanya, meningkatnya frekuensi berhubungan seksual tersebut justru memiliki efek yang sebaliknya. Para peneliti menemukan korelasi yang berlawanan, yaitu kelompok yang diminta untuk menambah frekuensi seksnya hingga dua kali lipat merasa kurang bahagia dibandingkan mereka yang berada di kelompok pertama yang tidak mengubah frekuensi seks mereka.
Kalau lebih banyak seks mengurangi kebahagiaan, apakah berarti juga bahwa secara sengaja memperbanyak seks akan membuatmu tidak bahagia? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Para peneliti tersebut mencoba memberikan penjelasan untuk memahami penemuan mereka. Mereka mengatakan bahwa dalam eksperimen ini, instruksi dari peneliti itulah yang menjadi alasan partisipan melakukan seks.
Dengan kata lain, instruksi dari peneliti tersebut menggeser seks yang tadinya merupakan pengalaman suka rela dan spontan, menjadi sesuatu yang bersifat tugas atau kewajiban. Mereka melakukan hubungan seksual bukan karena mereka menginginkannya, namun karena mereka harus melakukannya.
So ladies, apa yang bisa kita simpulkan? Alasan kenapa kamu berhubungan seksual ternyata lebih berpengaruh dibandingkan dengan seberapa sering kamu melakukannya. Berhubungan seksual karena kamu memang menginginkannya lebih penting daripada melakukan itu hanya karena kamu merasa memiliki kewajiban. Hal tersebut bisa merusak mood-mu.